Penulis: Hardiyan
Presiden BEM Institut Lamaddukkelleng Sengkang
WAJO--Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Institut Ilmu Hukum dan Ekonomi Lamaddukelleng sukses menggelar Lomba Gema Ramadan tingkat SMA, SMK, dan MA se-Kabupaten Wajo.
Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari dari 21 hingga 23 Maret 2025, di Aula Sipakatau Institut Lamaddukelleng, Sengkang, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.
Presiden BEM Institut Lamaddukelleng Hardiyan menekankan pentingnya keterlibatan generasi muda dalam kegiatan positif, terutama di bulan suci Ramadan.
"Momentum Ramadan seharusnya menjadi ajang bagi kita untuk lebih aktif dalam kegiatan yang bermanfaat. Di tengah arus globalisasi yang terus berkembang, pemuda dituntut untuk berbenah diri dan berkontribusi melalui kegiatan yang positif, seperti perlombaan ini," ujarnya.
Wakil Rektor I Institut Lamaddukkelleng, Ismail Ali, S.H., M.H. menyampaikan bahwa kegiatan ini bukan hanya ajang perlombaan, tetapi juga menjadi wadah mempererat tali silaturahmi.
"Semoga kegiatan ini tidak hanya menjadi tempat untuk meraih prestasi, tetapi juga menjadi titik temu silaturahmi yang memperkuat ukhuwah Islamiyah," ungkapnya.
Sementara itu Wakil Rektor II, Ir. H. Andi Sederhana, M.P., mengungkapkan bahwa setiap peserta adalah pemenang. "Dalam kompetisi ini, bukan hanya mereka yang meraih juara yang menang, tetapi semua peserta telah menjadi pemenang karena berhasil membawa nama sekolahnya untuk bertanding. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi ajang sosialisasi kampus kepada adik-adik peserta," jelasnya.
Lomba yang diikuti oleh 12 sekolah dengan total 40 peserta ini mempertandingkan dua cabang lomba yaitu Lomba Azan dan dan Lomba Ceramah. Sebagai bagian dari program kerja Kementerian Agama BEM Institut Lamaddukelleng kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan semangat keagamaan di kalangan pelajar serta memperkenalkan kampus kepada calon mahasiswa.
Kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari Kampus dan mendapatkan rekomendasi dari Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan Wilayah IV (Wajo-Sidrap).
Hardiyan menambahkan bahwa kegiatan yang meningkatkan spiritualisme seperti ini seharusnya semakin digalakkan di Bumi La Maddukelleng yang dikenal sebagai Kota Santri. "Sudah seharusnya kegiatan keagamaan menjadi tradisi yang kita rawat, karena inilah identitas kita sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai religius," tutupnya.
Sumber Foto: Hardiyan
Editor: Abdul Wahab Dai
