Abdul Wahab Dai
Narablog
WAJO-Sepuluh pelajar Kelas VIII UPTD SMPN Satap 5 Keera di Dusun Langkenna, Desa Pattirolokka, Kecamatan Keera, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan terpaksa harus mengikuti Asesmen Nasional di kediaman pribadi kepala sekolahnya Mashub Sayabdi, S.Pd. di Kelurahan Benteng, Kecamatan Pitumpanua atau sekira 40 km dari kompeks sekolah yang selokasi dengan kompleks UTPD SDN 396 Pattirolokka ini.
Persoalan sinyal jaringan internet yang lemah dan sering galat serta tidak tersedianya jaringan nirkabel yang memadai membuat Kepala UPTD memutuskan lokasi asesmen dipindahkan ke rumahnya.
Foto: Koleksi Penulis"Kita butuh sinyal internet yang kuat, sebab jika misalnya peserta asesmen sudah menjawab pertanyaan di komputer dan tetiba sinyal terputus atau aliran listrik terputus, mereka harus mengulang dari awal lagi," kata Mashub.
Mashub pun menyiapkan genset mengantisipasi pemadaman bergilir akhir-akhir ini. Para pelajar ini pun menginap di Benteng selama dua malam saat mana asesmen akan berlangsung Senin dan Selasa pekan depan (18-19 September 2023).
"Pekan lalu mereka ke sini menginap dalam rangka simulasi dan gladi," terangnya. Ditanya mengapa mereka dibawah terlalu jauh, Mashub menjawab bahwa mereka tidak dapat menumpang ikut ujian di sekolah lain akibat tidak ada dana yang mencukupi.
"Di rumah saya tersedia jaringan nirkabel yang memadai dan mereka dapat menginap dua malam tanpa perlu khawatir persoalan keterlambatan tiba di lokasi asesmen dan persoalan makanan dan MCK," ucapnya.
Kalau misalnya menumpang di sekolah lain, persoalan jarak dan angkutan yang sulit disediakan dengan serta-merta tiap pagi dan orangtua siswa juga sudah sepakat diinapkan saja di rumah kepala sekolah. "Ini lebih aman daripada harus ke sekolah lain yang kemungkinan menimbulkan biaya," katanya.
Kepala Desa Pattirolokka Wahyuddin merasa prihatin mendengar warganya terpaksa mengikuti asesmen berbasis komputer di tempat yang jauh.
"Kami sudah pernah bersurat ke DPRD Kabupaten dengan tembusan ke salah satu operator seluler nasional agar dapat memperkuat sinyal internet di Langkenna dan Desa Pattirolokka secara keseluruhan," jelasnya ketika dimintai tanggapan oleh media ini. Wahyuddin pun mengatakan bahwa surat itu ditindaklanjuti oleh operator seluler tersebut dengan mengirim orangnya menyurvei lokasi.
Menurut catatan media ini di Kantor Desa Pattirokokka sudah tersedia jaringan nirkabel, namun itu hanya terbatas untuk keperluan Pemdes saat mana kini semakin banyak laporan yang harus dikirim secara digital dan sinyal nirkabel inipun kerap galat.
Sumber Foto: Akun Medsos ErlindasariJarak Langkenna ke pusat Desa juga terbilang jauh sehingga jika mereka harus pulang pergi. Saat ini jumlah pelajar SMPN Satap 5 Keera adalah 31 (Kelas VII: 12, Kelas VIII: 10, dan Kelas IX: 9). Asesmen Nasional ini diikuti oleh pelajar Kelas VIII.
Saat ini SMPN Satap 5 Keera, Dusun Langkenna, Desa Pattirolokka memiliki 5 tenaga pendidik yang terdaftar di Dapodik.
"Kami mengucapkan terima kasih kepada Pemdes Pattirokokka yang telah menganggarkan di APBDesa 2023 untuk Pemeliharaan Jalan Ruas Pattirolokka ke Langkenna sekira dua ratusan juta. Ini dapat memicu jumlah pelajar dari pusat desa yang dapat bersekolah di Langkenna dibandingkan jika mereka harus ke SMP lain," harap Mashub.
Sekolah ini dikelilingi oleh beberapa sekolah besar pada level yang sama di Kecamatan Keera dan Sajoanging sehingga jumlah siswa selalu sedikit dan berpengaruh terhadap jumlah dana yang masuk ke sekolah dari pemerintah juga sedikit. Kepala Sekolah dituntut berinovasi dalam melancarkan proses pembelajaran termasuk asesmen ini.
Sumber Foto: Mashub Sayabdi"Mudah-mudahan persoalan jaringan internet ini bisa dibenahi oleh pihak terkait sehingga pelajar dan masyarakat umum bisa menikmatinya pada era digital ini," tambah Wahyuddin yang juga menyinggung sinyal internet di pusat Desa yakni Dusun Pattirolokka yang masih lemah dan timbul-tenggelam.