2022
Saya takkan pernah membaca novel terjemahan ini andai tak ikut lomba video kreatif Hari Pengajar Bahasa Prancis Sejagat tempo hari.
Panitia lomba menghadiahi saya sebuah novel dengan judul terjemahan "Korupsi".
Novel Cetakan I November 2010 ini diterjemahkan oleh Okke K.S. Zaimar dari judul bahasa Prancis "L'Homme rompu".
Novel ini ditulis oleh Tahar Ben Jelloun, pemenang Hadiah Sastra Prix Gouncourt.
Menggunakan sudut pandang orang pertama, tokoh Aku merepresentasikan Murad, pegawai Kementerian Pekerjaan Umum negara Maroko di Tanduk Afrika.
Sudah sering kita melihat balatentara negara-negara Dunia Ketiga terlibat kudeta militer akibat pemerintahan sipil yang dituduhnya korup.
Militer sendiri sudah sering diimbau "kembali ke barak" tinimbang berpolitik praktis.
Tapi ini tidak dibahas dalam novel ini. Kita masih ingat Dinasti Marcos di Filipina yang tumbang oleh kekuatan rakyat.
Kisahnya dibahas mendalam dalam buku tebal "Dinasti Marcos: Korupsi Harta dan Kekuasaan di Filipina" gubahan Sterling Seagrave (Edisi Indonesia 1996).
Memerangi rasuah sepertinya ikhtiar nan ananta. Jelloun mencoba menggambarkan pat gulipat di negeri kelahirannya lewat sebuah novel.
Memprotes dengan turun ke jalanan mungkin sebuah cara lain dan telah banyak dilakukan.
Jelloun memilih cara menulis novel. Korupsi sistemik Maroko digambarkan Jelloun sebagai "keluwesan", "kebijaksanaan", "pengaturan" yang dilakoni oleh tokoh antagonis Haji Hamid yang bertolak belakang dengan karakter tokoh Murad yang protagonis dengan sikap anti-rasuahnya.
Awalnya Murad dengan segala daya upaya menolak ajakan "kerjasama" Haji Hamid, sejawat sekantornya di PU.
Murad akhirnya benar-benar patah (rompu) oleh sistem dan situasi rumah tangganya yang kacau-balau.
Hilma, istrinya yang "tak rela miskin" sering mendakwahnya tentang "kehidupan yang seharusnya lebih baik". Ada pula mertuanya yang "mata duitan" membuatnya benar-benar patah.
Pekerjaan Murad yang berurusan dengan izin bangunan awalnya disiplin dengan "tidak dengan mudah" menandatangani dokumen-dokumen yang diperlukan jika tidak memenuhi syarat.
Kehidupannya bertolak belakang dengan tokoh Haji Hamid yang bermobil dan berada akibat piawai dalam bernegosiasi, "lebih luwes" dan "lebih bijaksana".
Haji Hamid mendorong tokoh Murad agar lebih "luwes" dan "lebih bijaksana" dalam menghadapi para pemohon.
Murad akhirnya takluk dengan dua kali menerima komisi. Dirham dan dollar mengalir ke sakunya.
Sakitnya Karima (anaknya) dan istrinya (Hilma) yang tak memahami prinsip hidup suaminya telah menjerumuskan Murad ke medan rasuah menjadi pelaku.
Beban hidup membuatnya patah. Judul asli L'Homme rompu, sebagaimana disebutkan Penerbit di awal novel, artinya Lelaki yang Patah, sebuah permainan kata.
Kata "rompu" mirip kata "corrompu" dengan makna "korup". Ya, L'Homme corrompu artinya Lelaki Korup.
Hidup Murad benar-benar patah dengan aksinya "menerima komisi" dengan begitu mudah menandatangani pengajuan dokumen perizinan akibat Haji Hamid dan Hilma dan situasi yang akhirnya benar-benar mendukung "aksi main tilep" ini.
Cintanya dengan Hilma di ujung tanduk dengan hadirnya Nadia sepupunya yang menarik perhatiannya dan mampu memahami prinsip anti-korupsinya.
Tokoh Nadia digambarkan bertolak belakang dengan tokoh Hilma yang justru mendorong Murad lebih "luwes", sebuah diksi eufemisme dari "korupsi" atawa "mencuri".
Tokoh Aku pun mencuri (baca: korupsi). Hal yang dipertahankannya dengan sekuat tenaga akhirnya bobol.
Novel diawali dengan cerita Murad yang harus sering terlambat masuk kantor gegara harus menunggu bus kota yang kerap penuh dan pengap.
Kehidupannya berbanding terbalik dengan Haji Hamid yang naik mobil pribadi hasil korupsi.
****
Tahar Ben Jelloun menulis novel ini di Paris. Sebagaimana pada halaman akhir tertulis: Paris/Búibon, Februari-Oktober 1993.
Paris atau Prancis secara keseluruhan memang kerap dijuluki "terre d'asile" atau negeri pengasingan oleh mereka yang tertindas di negerinya.
Novel ini berlatar negara Maroko, sebuah negeri muslim. Gambaran jelas tentang Maroko pernah saya baca dalam buku Profil Negara-Negara Timur Tengah.
Novel ini menambah wawasan saya tentang Maroko yang beribukota di Casablanca.
Sebutan Timur Tengah juga masih kerap diperdebatkan. Ada yang menyebut Maroko sebagai Timur Dekat, ada pula yang mengategorikannya sebagai Barat Jauh. Entahlah!
Kita harus mencari tahu bahwasanya apakah novel ini telah merongrong penguasa Maroko sejak diterbitkan hingga kini.
Telah banyak buku yang terbit dan membuat pengambil kebijakan berubah sikap.
Kita mungkin masih ingat novel Max Havelaar buah tangan Multatuli yang membuat penguasa Negeri Belanda mengubah tindakannya di Hindia-Belanda zaman kolonialisme.
Semoga saya bisa menemukan versi Prancis novel L'Homme rompu ini atau pun versi Inggrisnya, agar bisa lebih memahami muruwah cerita.