Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita
© Best Viral Premium Blogger Templates

Iklan

Dihina di Medsos, Bupati Wajo Dibela Pemuda

Admin
Selasa, 08 November 2022 Last Updated 2022-11-09T04:13:30Z


WAJO-Bupati Wajo Dr. H. Amran Mahmud, S.Sos., M.Si. akhirnya dibela oleh Solidaritas Pemuda Wajo setelah sebuah akun menghinanya dalam sebuah komentar di media sosial.


Kemarin Selasa 8 November 2022 para pemuda ini resmi mengadukan sebuah akun medsos ke Polres Wajo terkait dugaan penghinaan melalui media sosial yang dilakukan oleh akun tersebut terhadap Bupati Wajo.


Herianto Ardi yang bertindak sebagai Koordinator Solidaritas Pemuda Wajo Bela Bupati yang menghubungi media ini mengatakan bahwa pengaduan ini harus menjadi atensi pihak keamanan dan sekiranya bisa menjadi prioritas.


Media ini yang memantau perkembangan di media sosial dalam dua tahun belakangan melihat bahwa sebaiknya para warganet berpikir baik-baik sebelum berkomentar di media sosial.


Di grup-grup Facebook dengan nama yang mengandung unsur kata "info" dan "wajo" dua kata ini dengan beberapa varian dipakai sebagai nama grup pada sebuah fitur media sosial.


Di grup-grup itu terjadi kebrutalan luar biasa yang tidak menggambarkan diri kita sebagai orang Wajo. Media ini menyebutnya sebagai "grup neraka".


Politik membutakan secuil warga grup. Nilai-nilai kita runtuh hanya demi pesona kekuasaan.


Sumpah serapah, hujatan dan umpatan berseliweran saban hari sejak sebelum dua pilkada terakhir hingga setelah pilkada terakhir.


Ada loyalis, militan bahkan relawan yang "rela mati" demi tokohnya. Ada pula para pembelot yang gonta-ganti tuan.


Ujaran-ujaran yang keluar seolah-olah wajah dan gambaran dan intisari kita sebagai orang Wajo.


Dua kali Pilbup terakhir menjadikan grup-grup ini palagan perang urat syaraf dan debat kusir.


Akun-akun antah-berantah saling hujat dan jauh dari ketimuran kita sebagai superkultur, jauh dari nilai luhur dan adiluhung bangsa kita sebagai kultur dan jauh dari subkultur kita sebagai orang Wajo.


Teori-teori pesan-pesan leluhur Bugis Wajo tak ada lagi di sana. Padahal para militan, loyalis, simpatisan dan relawan ini adalah para alumni sekolah-sekolah atau mungkin madrasah-madrasah yang mengajarkan nilai, norma, adat beradat dalam berbagai mata pelajaran.


Penjenamaan Sengkang sebagai Kota Santri seolah menguap jika kita rajin menongkrongi ribuan pesan, pembaruan status dan komentar di grup-grup ini.


Gambar-gambar jalan berlumpur dan berlobang hampir saban hari diunggah, seolah-olah pembangunan hanya persoalan jalan.


Media ini berharap umpatan-umpatan di grup-grup tidak melebar ke dunia nyata.


Membaca habis pembaruan status dan komentar yang muncul membawa kita seolah-olah Wajo negeri tak bertuan, negeri rusuh, negeri gagal.


Aroma Pilkada berikutnya membuat grup-grup makin sadis. Apatah lagi Wajo akan dipimpin Pelaksana Tugas saat Pilkada berikutnya.


Loyalis dan militan dua kelompok politik ber-"konflik" di grup-grup itu secara bebas, seolah hidup ini hanya untuk merebut tahta dan mempertahankan tahta.


Saling melabeli dengan sebutan-sebutan seperti "barisan sakit hati", "pemimpin gagal" sungguh membuat kita sedih.


Padahal grup-grup itu tidak mewakili kita sebagai orang Wajo yang sebaiknya menjunjung tinggi nilai-nilai adiluhung seperti Toddo'puulii' (Teguh), Lempuu' (Kejujuran), Macca (Kecendekiaan), Sipakatau/Sipakaraja (Toleransi), Sipakainge' (Peduli Lingkungan).


Saling sindir dan nyinyir sebaiknya diakhiri. Grup-Grup Neraka itu sebaiknya adem dan menjadi Nirwana bagi kita semua.*

Berita Lainnya

Tampilkan

  • Dihina di Medsos, Bupati Wajo Dibela Pemuda
  • 0

Terkini