Ilustrasi drone. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan |
Menerbangkan drone menggunakan remote control bukan lagi suatu hal yang baru di Indonesia. Begitu banyak orang yang menjadikannya hobi hingga terbentuk banyak komunitas.
Sekelompok peneliti dari Amerika Serikat mengembangkan drone lebih jauh lagi. Drone yang mereka buat disebut mampu menggunakan ekolokasi sebagai sistem navigasi drone.
Ekolokasi adalah cara bagi hampir seluruh spesies kelelawar menentukan arah terbangnya. Seekor kelelawar akan mengeluarkan suara dan menangkap pantulan suara tersebut untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi sekelilingnya.
Menggunakan sistem yang sama, peneliti dari Purdue University ini meletakan pengeras suara dan mikrofon pada drone. Pengeras suara akan mengeluarkan gelombang suara yang akan dipantulkan oleh benda di sekitarnya dan pantulan tersebut akan ditangkap oleh empat buah mikrofon.
Menurut publikasi SIAM Journal of Applied Algebra and Geometry ihwal penelitian tersebut, drone mampu mendeteksi kehadiran tembok pada ruangan percobaan.
Deteksi dilakukan berdasarkan data gelombang pantulan dari keempat mikrofon yang diolah oleh algoritma tertentu. Hingga saat ini, empat buah mikrofon cukup untuk melakukan navigasi pada suatu ruangan di laboratorium.
Tantangan selanjutnya adalah untuk meningkatkan sensitivitas mikrofon. Diharapkan peningkatan tersebut dapat membuat sistem mendeteksi benda yang jauh lebih kecil.
Mireille Boutin dan Gregor Kemper, profesor di Purdue University, yang memimpin penelitian ini menyatakan bahwa aplikasi dari teknologi ini cukup beragam.
Alat serupa dapat membantu seorang difabel menentukan arah. Dalam dunia otomotif, sistem ini dapat membantu mobil mendeteksi benda-benda di sekitarnya. Deteksi tersebut dapat memberikan pengendara peringatan dan menghindari kecelakaan.